Metode Pengobatan Nabi

“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu obatnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5678)

Archive for July, 2007

Songgolangit Datang, Radang Sendi Hilang

Posted by ronysetyo on July 26, 2007

Gangguan pada sendi sungguh menyusahkan karena membuat penderitanya tak leluasa beraktivitas. Kalahkan gangguan itu dengan songgolangit.

============================================================

Bermula dari penyakit rematik akut yang diderita suaminya, Sumawartini mencari pengobatan ke berbagai tempat, bahkan sampai ke luar negeri. Hasilnya nol, hanya sebagai pereda sakit sementara. Efek negatifnya malah sakit pada lambung (maag). Penyakit malah terus berkembang menyerang segala persendian di tubuh sang suami. Kadang bahkan menyebabkan peradangan hingga bengkak, kaku, dan nyeri saat menggerak-gerakkan badan.

Suatu hari seorang teman memberikan tanaman songgolangit untuk direbus dan diminum airnya. Sebulan berlalu, mulai tampak proses penyembuhan. Hal itu juga ditunjukkan dari kadar asam urat dalam darah menurun sangat berarti. Sejak itu Sumawartini memproduksi fitofar songgolangit untuk memudahkan penderita memperolehnya dengan mendirikan PT Songgolangit Herbal Indonesia Surabaya.

Tanaman ini juga kaya akan kandungan zat mineral di antaranya kalium (K), magenesium (Mg), dan kalsium (Ca) yang baik untuk menjaga kondisi tulang dan jaringannya. Tepatlah jika songgolangit digunakan sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri, kaku, dan pembengkakan di persendian karena kadar asam urat, memperbaiki metabolisme fungsi hati dan ginjal, serta meningkatkan stamina tubuh.

Herbal Rasa Teh

Kalau kita menggunakan sediaan segar memang agar repot karena kita harus mendapatkan daun segar secara terus-menerus setiap hari. Dosis pengobatan yang digunakan Sumarwantini untuk suaminya, daun songgolangi segar sebanyak dua genggam tangan orang dewasa. Daun itu dimasukkan ke dalam dua gelas air mendidih lalu dibiarkan mendidik terus dengan api kecil sampai airnya tersisa satu gelas. Saring dan biarkan hingga hangat lalu diminum.

Bila tidak ingin repot gunakan saja hasil produksi PT Songgolangit Herbal Indonesia. Rebus air sebanyak 250 cc hingga mendidih lalu masukkan sebungkus teh songgolangit tersebut biarkan selama 3 menit. Teh songgolangit siap diminum. Produk Songgolonagit Herbal ini juga bisa diperoleh di beberapa apotek dan toko obat di Bali. ”Rasanya seperti teh tawar, bagi yang kurang suka bisa ditambahkan gula atau madu agar rasanya lebih enak. Tetapi ingat bagi pengidap diabetes, saran tersebut tidak dianjurkan,” ujar Sri Yuli H, Bagian Pemasaran PT Songgolangit Herbal Indonesia.

Untuk mendapatkan hasil maksimal sebaiknya diminum rutin setiap hari selama dua minggu. Seperti penuturan Ichwan, pria berumur 62 tahun yang mengeluh diserang rematik tidak kunjung sembuh selama dua tahun. ”Saya mencoba satu pak songgolangit, rutin sehari tiga kali. Setelah saya lanjutkan satu pak lagi dan hasilnya menggembirakan, bengkak dan nyeri hilang, saya dapat bergerak normal kembali.”

Herbal songgolangit ini telah melalui tahapan penelitian ilmiah oleh berbagai universitas seperti Unair, UKM, dan Universitas Widya Mandala. Kini songgolangit termasuk dalam 16 Obat Herbal Terstandar dari BPOM sejajar dengan produk-produk obat herbal terkenal lainnya.

”Songgolangit termasuk nomor 15 yang terdaftar dan 12 perusahaan obat herbal yang ada di Indonesia yang telah lulus uji khasiat dan toksisitas dari BPOM,” tutur Gili Bening selaku Research & Development Manager PT Songgolangit Herbal Indonesia menutup perbincangan.

Osteoartritis

Dinamakan juga penyakit sendi degeneratif atau keausan sendi, terutama mengenai bagian sendi yang menopang berat badan. Pada pemeriksaan sinar-X terlihat pertumbuhan tulang kecil, tonjolan kalsim atau kista lunak di tulang dan sendi. Ketika penyakit berkembang tulang rawan di antara sendi menjadi lebih buruk. Akhirnya mengganggu pergerakan dan menyebabkan nyeri yang berat.

Gejalanya yang paling sering adalah kaku di pagi hari atau saat bangun dari tempat duduk dan nyeri pada pergerakan sendi. Biasanya menyerang para manusia usia lanjut (manula). Menurut Arthritis Foundadionm pada usia 65 tahun, 3-4 orang akan menderita osteoartritis dalam derajat tertentu.

Artritis Rematoid

Jenis yang lebih jarang diderita tetapi lebih menyakitkan dan dapat menyebabkan cacat fisik. Menyerang jaringan sinoval, yaitu membran yang melapisi dan menjadi bantalan sendi untuk mencegah tulang bergesekan satu sama lain. Jika jaringan ini rusak, akibatnya dapat sangat mengganggu. Biasanya menyerang segala usia, sebagian besar perempuan antara 20-50 tahun. Gejalanya, jika menyerang sendi-sendi tangan menyebabkan jari-jari nyeri, bengkak, dan mengalami perubahan bentuk. Penyakit ini dapat menyebar ke seluruh persendian tubuh kecuali dihentikan dalam perjalanannya.

Artritis Gout

Artritis Gout atau yang lebih dikenal dengan penyakit asam urat adalah satu-satunya jenis rematik yang disebabkan oleh makanan berkadar protein tinggi atau berkadar alkohol tinggi. Menyerang usia produktif antara 30-50 tahun. Penderita umumnya laki-laki karena secara alamiah kadar asam urat pria lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Gejalanya, nyeri di satu atau lebih sendi, pada malam hari nyeri semakin terasa. Persendian menjadi bengkak, kulit memerah keunguan. Sendi yang paling sering terserang adalah ibu jari, telapak kaki, pergelangan kaki, lutut, siku, dan pergelangan tangan.

Gulma Segudang Khasiat

Coba tebak, gulma apa yang paling sakti di muka bumi?

Dialah songgolangit (Tridax procumbens). Nenek moyang kita menganggap tanaman pengganggu itu sanggup menyangga langit nan luas. Kini kekuatan dan ketangguhan songgolangit terbukti dari dinding laboratorium. Dua universitas di Surabaya sepakat, ia mengandung senyawa yang mampu menangkal rasa nyeri dan radang.

Songgolangit berasal dari Amerika Tropis. Ia dikenal sebagai tanaman pengganggu alias gulma. Baru pada 1906, pekebun kopi di Tasmania, Amerika menggunakan songgolangit sebagai penutup tanah. Saking banyaknya, penduduk sekitar perkebunan mencampurnya dengan rumput sebagai pakan ternak. Sejak 1,5 abad silam ketungpang — sebutan songgolangit di masyarakat Sunda — banyak ditemukan di Pulau Jawa.

Tak ada yang tahu pasti siapa yang pertama kali membawanya ke Indonesia. Yang jelas, di Jawa — terutama Jawa bagian timur — para tabib kerap menggunakan songgolangit sebagai campuran herbal. Ia pun cepat menyebar di Pulau Jawa. Ia juga dapat tumbuh di tanah berpasir di dataran rendah hingga daerah berketinggian 1.500 m dpl.

Sosok songgolangit menjulang tinggi. Panjang tanaman mencapai 40-75 cm. Berdaun agak lebar dan seluruh permukaan tanaman ditutupi rambut kasar. Akar tunggangnya kuat sehingga mampu menopang tanaman tegak berdiri. Batang bagian bahwa dapat memunculkan tunas sehingga ia juga menjalar.

Multikhasiat

Sebagai campuran herba, songgolangit menggelitik para ilmuwan di Universitas Airlangga dan Universitas Katolik Widya Kencana. Ia terbukti berkhasiat analgesik dan antiinflamasi. Analgesik ialah penghilang rasa sakit dan antiinflamasi disebut juga antiradang. Yang juga istimewa, penelitian itu menyebutkan songgolangit tak beracun. Ia aman bagi penderita liver dan ginjal. Tumbuhan ini juga kaya kalium, magnesium, dan kalsium yang baik untuk tubuh.

Saat ini diketahui terdapat tiga zat aktif pada songgolangit: flavanoid tanin, saponin tanim, dan flavonoid saponin. Flavanoid tanin bersifat menyejukkan dan menghilangkan rasa nyeri rematik pada tulang dan pinggang. Saponin tanin berguna sebagai antiradang, antibiotik, peluruh kencing, pereda sakit, dan penurun asam urat. Yang terakhir, flavonoid saponin, juga bersifat analgesik.

Penelitian yang dilakukan Dr. Hamzah dan Agus, bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, sebagai analgetik dan antiinflamasi songgolangit terasa khasiatnya pada konsentrasi 40% atau 2,2 g berat kering daun. Itu setara dengan jumlah seduhan berbentuk teh sebanyak 1 kantong berukuran 8cm x 8 cm. Pada konsentrasi itu pula liver terlindungi. Itu terbukti dari turunnya SGOT dan SGPT pengguna teh songgolangit yang telah mengkonsumsi selama 1 bulan. SGOT dan SGPT merupakan indikasi adanya gangguan pada liver.

Semakin Tinggi

Begitu juga pada ginjal. Peminum teh songgolangit mengalami penurunan kreatinin. Ia juga cocok untuk penderita artritis gout atau asam urat. Selama satu bulan pemakaian dapat menurunkan sebanyak 50% kadar asam urat.

Untuk mengolah songgolangit menjadi minuman berkhasiat sangat mudah. Daun yang sudah dipetik dicuci bersih. Rebus dalam air sebanyak 250 ml hingga tersisa 200 ml, lalu saring. Ia dapat diminum dalam kondisi hangat maupun dingin karena sama-sama berkhasiat. Bagi penderita rematik dan asam urat diminum sehari dua kali masing-masing 1 gelas minum. Ia juga aman bagi yang sehat, bahkan berkhasiat sebagai penambah stamina. (sut, berbagai sumber)

Sumber :
http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2006/2/15/k1.htm
Katalog Produk & Harga

Posted in TUMBUHAN | 11 Comments »

Resume Buku : Mahkota Dewa Panglima Penakluk Kanker

Posted by ronysetyo on July 26, 2007

mahkotadewa_buku
Maret 2004, masuk cetakan ke 4 – Agromedia Pustaka.

Mahkota Dewa, The Commander of Conquering Cancer

Mengenal Kanker dan Faktor Pemicunya
Menyandingkan Terapi Modern dan Tradisional untuk atasi Kanker
Mahkota Dewa dan Aneka Tanaman Obat Penakluk Kanker
Kisah Mereka yang Berhasil Menaklukkan Kanker Prostat, Kanker Payudara, Kanker Kulit, Kanker Mulut Rahim, Kanker Tulang, Kanker Darah, Kanker Leher, Kanker Usus, Kanker Hati, dan Kanker Otak

CUPLIKAN ISI BUKU :

Sebuah Prolog

Pengalaman saya akhir-akhir ini banyak didatangi pasien dari berbagai negara, seperti Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Australia, Jerman, dan Belanda. Mereka tertarik terhadap ramuan tradisional Indonesia untuk menyembuhkan penyakitnya setelah memperoleh informasi dari website kami http://www.mahkotadewa.com, bahkan sebagian dari mereka telah merasakan khasiat dan manfaatnya.

Saat ini saya merasa prihatin dengan banyaknya pengobatan alternatif yang hanya ingin mencari untung pada saat orang lain sedang membutuhkan. Saya juga melihat mulai adanya pematenan potensi keanekaragaman hayati bangsa kita oleh negara lain. Namun, saya bersyukur ternyata ungkapan rasa keprihatianan yang saya tuangkan dalam bentuk tulisan, dimuat oleh Harian Kompas, tanggal 10 Desember 2003 dengan judul �Obat Tradisional Indonesia Tembus Pasar Dunia?�.

Di balik judul tersebut tersirat sikap optimis dari dalam diri saya, bahwa produk obat tradisional Indonesia sebenarnya mampu bersaing dengan obat tradisional dari negara lain. Masalahnya, tinggal bagaimana cara menjalin kerja sama untuk mengenalkannya kepada masyarakat luas baik di dalam maupun di luar negeri Bagi pembaca yang belum sempat membacanya, dapat menyimaknya dalam buku ini.

Obat Tradisional Indonesia Tembus Pasar Dunia?

Akhir-akhir ini pengobatan alternatif mempergunakan ramuan tradisional tidak hanya diminati oleh masyarakat pedesaan, tetapi juga kalangan menengah ke atas perkotaan. Pengobatan tradisional menjadi semacam tren di tengah masyarakat yang selama ini lebih banyak mengandalkan sistem pengobatan modern, kalangan medis, dan ilmu kedokteran dari Barat. Seiring dengan tren �back to nature� yang kini merebak di dunia, khususnya dunia pengobatan, mampukah obat tradisional menembus pasar ekspor dunia?

Masyarakat kini seolah menyadari, bahwa ternyata obat tradisional yang sebenarnya sudah lama dikenal dan dipraktikkan sejak beribu tahun lalu itu tidak kalah hebat dari obat modern. Kalau dulu, kesembuhan dari suatu penyakit hanya bergantung dari pengobatan dokter, dan seolah-olah kata-kata dokter seperti sebuah �aturan yang tak terbantahkan serta mutlak harus dituruti�, maka kenyataan itu mulai bergeser.

Kini di mana-mana mulai banyak bermunculan klinik-klinik pengobatan tradisional. Bahkan tempat praktik-praktik paranormal pun mulai banyak dikunjungi para �pasien� yang ingin beroleh kesembuhan dengan cara yang terkadang tidak masuk akal. Kenyataan ini tidak hanya terlihat di kota-kota kecil, akan tetapi juga di kota besar seperti Jakarta. Pengetahuan tentang pengobatan tradisional dari nenek moyang, kini mulai banyak digali. Meskipun demikian, ada pula sebagian orang yang lebih bijak dan realistis, dengan tetap melakukan diagnosis serta terus mengikuti perkembangan penyakitnya melalui dokter modern, tetapi sehari-hari proses pengobatan yang dilakukannya menggunakan obat-obat tradisional.

Di Indonesia, penggunaan obat alami yang selama ini lebih dikenal sebagai jamu, sebenarnya telah meluas dipraktikkan oleh nenek moyang kita. Masyarakat kini terus melestarikannya sebagai salah satu warisan budaya kita. Dan memang sebenarnya, bangsa kita yang terdiri dari berbagai suku bangsa ini memiliki keaneka-ragaman obat tradisional yang terbuat dari bahan-bahan alami Indonesia sendiri, termasuk di antaranya tanaman-tanaman obat.

Potensi yang amat besar dari negeri kita ini membuat banyak pihak ingin meneliti dan memanfaatkan bahan-bahan alami dan tanaman obat ini untuk berbagai kegunaan lain, seperti kosmetik, pengharum, penyegar, pewarna, ataupun senyawa model yang lain lagi yang bisa disimak dalam perkembangan berbagai produk semacam itu akhir-akhir ini. Upaya ini, selain melestarikan warisan budaya nenek moyang kita, juga akan menggali berbagai faedah yang ada di dalam kekayaan alami kita sendiri, yang selama ini kita tidak manfaatkan sebaik-baiknya.

Industri Jamu di Indonesia

Pada dasarnya, jamu terbagi atas tiga jenis, yaitu jamu tradisional warisan nenek moyang, jamu yang dikembangkan berdasarkan referensi, dan fitofarmaka. Khusus untuk fitofarmaka, konsepnya tidak berbeda dengan obat modern karena merupakan obat yang berasal dari tanaman yang telah melalui proses uji klinis, serta pra-uji klinis persyaratan formal produk pengobatan.

Selama ini industri jamu bertahan tanpa dukungan memadai dari pemerintah maupun industri farmasi. Dokter dan apotek belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada pasien, sehingga produk jamu tidak termasuk dalam produk yang dipasarkan tenaga-tenaga detailer seperti halnya produk-produk obat modern. Di pihak dokter yang mempraktikkan pengobatan, pendidikannya juga masih mengacu kepada pengobatan modern, dan tidak menyentuh substansi pengobatan dengan bahan-bahan alam (fitofarmaka).

Dengan kondisi di atas, tak heran apabila pasar industri jamu tradisional sulit berkembang pesat. Padahal dengan jumlah masyarakat Indonesia yang mencapai lebih dari 200 juta jiwa, sesungguhnya potensi pasar bagi produk-produk jamu sangatlah besar. Terlebih lagi, saat ini kalangan masyarakat menengah ke atas mulai terlanda tren �back to nature�, menggunakan produk-produk yang berasal dari alam.

Sebagai cerminan, dapat kita bandingkan dengan data yang dimuat oleh mingguan berita Tempo (4�10 Agustus 2003) tentang situasi pasar obat kimia di Indonesia. Mereka sebutkan bahwa pasar obat kimia di Indonesia mengalami kenaikan 20 persen, sayangnya 90 persen bahan bakunya masih berupa bahan impor dari Cina dan India. Meski sudah memiliki 2.250 disteributor, 5.670 apotek, dan 5.500 toko obat, toh konsumsi obat farmasi masih sangat rendah, yakni Rp60 per kapita per tahun. Hal lain yang menghambat berkembangnya pasar obat kimia adalah aturan dan birokrasi yang berbelit-belit serta pajak berganda atas bahan baku, sehingga mengakibatkan melambungnya harga obat.

Dari data di atas, tampak bahwa perkembangan obat farmasi begitu banyak hambatannya. Apalagi untuk dikembangkan oleh industri kecil. Seharusnya, kenyataan ini dijadikan kajian, untuk lebih meningkatkan serta mengoptimalkan potensi kekayaan alam Indonesia sebagai produk obat alami khas Indonesia.

Perkembangan obat tradisional, saat ini justru menggembirakan. Saat ini, mulai banyak penelitian obat-obat tradisional yang dilakukan secara serius. Contoh, penelitian tentang obat penurun kadar kolesterol dan penurun gula darah oleh sebuah perusahaan obat besar di Indonesia dan penelitian obat-obat tradisional yang mempunyai khasiat anti-kanker. Namun demikian, biaya untuk membuat obat tradisional menjadi fitofarmaka sungguh sangat tinggi. Untuk biaya uji klinis, per-item-nya bisa mencapai 300 juta rupiah, bahkan 400 juta rupiah sehingga produsen lebih memilih memproduksi jamu racikan atau ekstrak ketimbang fitofarmaka.

Namun, jika dibandingkan dengan obat alami asal Cina atau negara-negara lain, mengapa obat alami Indonesia tidak sepesat perkembangan obat-obat alami asal Cina tersebut? Harus diakui, memang masih ada beberapa titik lemah dalam upaya pengobatan mempergunakan obat alami Indonesia, sehingga perkembangannya tidak sepesat obat-obat tradisional Cina, India, Korea, dan Jepang. Selain faktor ketidak atau kekurangpercayaan masyarakat, pengobatan dengan bahan alami Indonesia tidak atau belum memiliki tradisi pendokumentasian. Hal ini berbeda dengan pengobatan Cina yang pendokumentasiannya lengkap dan penggunaan, khasiat, serta pentabibannya terakumulasi selama berabad-abad. Pemraktikannya pun melalui proses sosialisasi panjang, serta memiliki unit disiplin tersendiri untuk kemudian membentuk semacam �tradisi keilmuan� Timur dengan standar-standar yang khusus pula.

Selain itu, penyebab ketertinggalan pengobatan dengan bahan alami Indonesia adalah pengembangannya yang masih relatif baru, yaitu pada tahun 1985. Itupun dananya terbatas dan belum mendapatkan prioritas (Kompas, 2000).

Namun apapun kendalanya, saat ini banyak pihak mulai melirik potensi pasar obat tradisional ini, sehingga dari segi bisnis, prospek pemasarannya sangat menggiurkan. Memang idealnya, harus ada pembuktian terlebih dulu mengenai khasiat obat alami terhadap suatu penyakit sebelum obat tersebut dinyatakan dapat digunakan sebagai pengobatan suatu penyakit.

Sumber : http://www.ningharmanto.com/bukumade/seri03.htm
Katalog Produk & Harga

Posted in TUMBUHAN | 17 Comments »

Mahkota Dewa : Tanaman Penakluk Kanker

Posted by ronysetyo on July 26, 2007

Intisari, 2003

Dunia tanaman obat kini kedatangan pendatang baru yang lumayan hebat. Mahkota dewa namanya. Ia bisa membuat penderita penyakit ringan macam gatal-gatal, pegal-pegal, atau flu, hingga penyakit berat seperti kanker dan diabetes,merasakan kesembuhan.

Mengetahui khasiat tumbuhan satu ini, mungkin Anda segera berminat menanamnya. Betapa tidak. Tanaman ini ternyata punya khasiat luar biasa. Ia bisa menyembuhkan gangguan kesehatan dari yang ecek-ecek hingga yang nyaris tak ada harapan sembuh. Kalau cuma pegal-pegal, sehari dua hari bakal hilang. Flu? Wah, itu tugas yang juga bisa dibereskan dalam sehari dua hari. Diabetes pun bakal takluk dalam beberapa bulan.

Bagaimana dengan kanker? Meski butuh waktu bulanan, tanaman ini pun sanggup melawannya sampai titik darah penghabisan. Paling tidak itu berdasarkan pengalaman empiris banyak orang, termasuk yang merasa sembuh dari penyakit pada organ hati atau jantung, hipertensi, rematik, serta asam urat.

Untuk mengolahnya jadi obat pun sangat gampang. Cuma dengan menyeduh teh racik terbuat dari kulit dan daging buah, cangkang buah, atau daunnya, bahan obat alami ini pun siap dipakai. Kalau enggak menghendaki rasa pahitnya, kita bisa sedikit bersusah payah mengolahnya menjadi ramuan instan. Rasanya ditanggung lebih sedap tanpa mengurangi khasiat.

Itulah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Tanaman yang kabarnya berasal dari daratan Papua ini di Jawa Tengah dan Yogyakarta dijuluki makuto dewo, makuto rojo, atau makuto ratu. Orang Banten menyebutnya raja obat, karena khasiatnya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara, orang-orang dari etnik Cina menamainya pau yang artinya obat pusaka.

Dari alergi hingga kanker

Sebagian orang mungkin pernah sekadar melihatnya, sebagian lagi mendengar namanya pun tidak pernah. Wajar bila selama ini sangat sedikit orang tahu mahkota dewa. Apalagi khasiatnya. Bahkan, di banyak lembaga penelitian yang menangani tumbuhan berkhasiat obat belum ditemukan hasil penelitiannya. Sampai saat ini, setidaknya baru dr. Regina Sumastuti dari Jurusan Farmakologi, Universitas Gadjah Mada yang telah menelitinya. Itu pun masih terbatas pada pengujian terhadap efek antihistamin atau antialergi. Padahal, kalangan keraton Solo dan Yogyakarta telah lama mengenalnya dan memanfaatkannya sebagai tanaman obat. Beruntung, lama-lama manfaat luar biasa ini bocor ke kalangan awam.

Sekarang, tanaman ini seakan turun dari langit sebagai dewa penyelamat orang sakit. Berbagai kesaksian dikemukakan mereka yang telah merasakan khasiatnya. Dalam buku Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa karya Ning Harmanto, ketua Kerukunan Wanita Tani Bunga Lily, yang menekuni pengobatan dengan mahkota dewa, ada 26 orang yang mengakui keampuhannya atau ditulis berhasil sembuh dari sakitnya berkat mahkota dewa.

Di antara mereka adalah Tuti Ariestyani Winata, yang setelah menjalani operasi pengangkatan kista di rahim, mengalami kemunduran kondisi tubuh. Badannya kurus, perutnya membuncit seperti sedang hamil tua, jari-jari kakinya menggemuk, tekanan darahnya naik-turun, dan Hb-nya sangat rendah.

Beberapa dokter yang dikunjunginya memberikan diagnosis berbeda. Ada yang mendiagnosisnya menderita kanker hati, sirosis hati, dan ada pula yang menyatakan dia menderita hepatitis kronis. Tak kunjung memperoleh kepastian penyakit yang dideritanya, atas saran Ning, Tuti akhirnya mengonsumsi air rebusan daging buah mahkota dewa. Setelah enam bulan, Tuti merasa sembuh dan kondisi tubuhnya membaik kembali.

Selain Tuti, Diana yang berdomisili di Bekasi menyatakan berhasil sembuh dari penyakit kanker di payudara kanannya setelah menjalani operasi dua kali lagi untuk membersihkan kanker di payudara kirinya. Anna Winata di Bogor dan Retno di Bekasi juga merasakan sehat kembali dari sakit kanker rahim berkat mahkota dewa. Ny. Parlan di Balikpapan pun berhasil menormalkan kadar gula darahnya berkat tumbuhan obat ini. Masih banyak lagi contoh keberhasilan yang lain. Sayangnya, yang tidak berhasil tidak pernah terungkap, sehingga tidak bisa diketahui penyakit apa yang tidak mampu dilawan tanaman berbuah merah menyala ini.

Selama ini daun dan buah mahkota dewa dimanfaatkan masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa, sebagai obat penyakit kulit, gatal-gatal, dan eksim. Penyakit tersebut ditandai dengan gejala gatal-gatal, pertanda adanya alergi terhadap agen tertentu yang mendorong sel-sel tubuh mengeluarkan histamin.

Soal kemampuan melawan penyakit kulit ini Sumastuti sudah membuktikannya. Dari penelitian secara in vitro menggunakan usus halus marmot, diketahui, memang benar daun dan buah mahkota dewa mempunyai efek antihistamin. Artinya, tanaman tersebut secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya sebagai obat gatal-gatal akibat gigitan serangga atau ulat bulu, eksim, dan penyakit lain akibat alergi.

Penelitian lain masih kita tunggu untuk membuktikan khasiat luar biasa seperti yang dirasakan beberapa orang di atas. Namun, cerita dari mulut ke mulut rupanya sudah membuat orang, terutama yang sakit berat dan umumnya hampir putus harapan, percaya. Maka, orang pun mulai beramai-ramai mencari bagian berkhasiat mahkota dewa. Tak sedikit yang mencoba menanamnya di pekarangan rumah. Bahkan, ada yang melihat wabah ini sebagai peluang usaha untuk membudidayakan dan mengolahnya menjadi produk ramuan obat tradisional atau jamu dengan berbagai bentuk.

Dijadikan teh

Menanam mahkota dewa memang bukan perkara sulit. Tumbuhan, yang bisa hidup baik pada ketinggian 10 – 1.000 m dpl., ini bisa ditanam dari biji atau hasil cangkokan. Meski penanamannya bisa di dalam pot atau langsung di tanah, pertumbuhannya akan lebih baik bila ditanam di tanah. Tanaman dari biji biasanya sudah berbuah pada umur 10 – 12 bulan. Yang berasal dari cangkokan, mestinya berbuah lebih cepat.

Buah inilah bagian yang paling banyak digunakan sebagai obat alami, di samping daun dan batang. Dari ketiga bagiannya, yakni kulit dan daging buah, cangkang (batok biji), serta biji, yang dimanfaatkan umumnya kulit dan daging buah serta cangkangnya. Buah muda berwarna hijau dan yang tua berwarna merah cerah.

Khasiat buah muda dan tua sama saja, jelas Ning. Sayang, senyawa apa yang terkandung dalam bagian-bagian buah, masih belum terungkap secara detil. Cuma, Hutapea dkk. (1999), seperti dikutip Sumastuti, menyatakan, dalam daun dan kulit buah makuto dewo terkandung senyawa saponin dan flavonoid, yang masing-masing memiliki efek antialergi dan antihistamin.

Ning menulis, dalam keadaan segar, kulit dan daging buah muda mahkota dewa terasa sepet-sepet pahit. Sedangkan yang sudah tua sepet-sepet agak manis. Jika dimakan segar akan menimbulkan bengkak di mulut, sariawan, mabuk, bahkan keracunan. Apa penyebabnya, belum diketahui dengan pasti. Karenanya, tidak dianjurkan untuk mengonsumsinya dalam keadaan segar.

Cangkangnya memiliki rasa sepet-sepet pahit, lebih pahit dari kulit dan daging buah. Bagian ini juga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi langsung karena dapat mengakibatkan mabuk, pusing, bahkan pingsan. Namun, setelah diolah, bagian ini lebih mujarab ketimbang kulit dan daging buah. Ia dapat mengobati penyakit berat macam kanker payudara, kanker rahim, sakit paru-paru, dan sirosis hati.

Ada alasan mengapa biji mahkota dewa tidak dikonsumsi. �Bijinya sangat beracun. Kalau mengunyahnya, kita bisa muntah-muntah dan lidah mati rasa,� tambah Ning. Karenanya, bagian ini cuma digunakan sebagai obat luar untuk penyakit kulit.

Sudah tentu untuk menjadikan daging buah atau cangkangnya sebagai obat, perlu pengolahan terlebih dulu. Bisa dijadikan buah kering, teh racik, atau ramuan instan. Namun, yang sering dilakukan adalah dengan menjadikannya teh racik dan ramuan instan.

Bagian lain yang bisa dijadikan obat adalah batang dan daun. Menurut Ning dalam bukunya, batang mahkota dewa secara empiris bisa mengobati kanker tulang. Sedangkan daunnya bisa menyembuhkan lemah syahwat, disentri, alergi, dan tumor. Cara memanfaatkan daun adalah dengan merebus dan meminum airnya.

Jangan kaget. Begitu minum ramuan mahkota dewa, kita segera merasakan serangan kantuk. Efek ini normal. Efek lainnya adalah mabuk. Untuk menghilangkan efek ini dianjurkan untuk minum air lebih banyak. Untuk konsumsi selanjutnya, takaran mahkota dewa perlu dikurangi. Jika masih tetap mabuk, sebaiknya untuk sementara hentikan dulu. Di samping efek buruk tadi ternyata masih ada efek baik-nya. Psst … kadang-kadang kaum pria ada yang libidonya meningkat, bisik Ning.

Menurut Ning, dalam proses menyembuhkan penyakit dalam atau penyakit serius macam kanker rahim, setelah pasien mengonsumsi seduhan mahkota dewa badannya bisa merasakan panas-dingin, bahkan kadang kala mengeluarkan gumpalan darah berbau busuk. Ini merupakan proses pembersihan penyakit, tulis Ning.

Penggunaannya bisa dalam bentuk ramuan tunggal bisa pula ramuan campuran. Pencampuran dengan tumbuhan obat lain dimaksudkan untuk memperkuat khasiatnya dan menetralisir racun. Juga untuk mengurangi rasa tidak enaknya, tutur Ning, yang mengaku sering melayani resep yang ditulis beberapa dokter.

Upaya penyembuhan menggunakan ramuan mahkota dewa, menurut Ning, tidak bisa cepat membuahkan hasil. Pengobatannya perlu dilakukan beberapa kali. Bahkan untuk penyakit berat yang kronis perlu waktu lama. Yang perlu diperhatikan adalah takaran penggunaannya mesti tidak melebihi yang dianjurkan. Kalau takarannya berlebih, pengaruh yang tidak diinginkan bisa muncul.

Mesti diingat, wanita hamil muda dilarang mengonsumsi mahkota dewa. Seperti dikutip Ning, Sumastuti juga telah membuktikan mahkota dewa mampu berperan seperti oxytosin atau sintosinon yang dapat memacu kerja otot rahim sehingga memperlancar proses persalinan. Ini bisa membahayakan kehamilan yang masih muda.

Yang tak kalah penting, pesan Ning, dalam menggunakan ramuan mahkota dewa kita dianjurkan menyugesti atau menyakinkan diri bahwa ramuan ini manjur, berdoa untuk kesembuhan kita, dan tetap mengunjungi dokter untuk mengetahui perkembangan kesehatan kita.@ (I Gede Agung Yudana)

Sumber : http://www.mahkotadewa.com/Indo/info/artikel/intisari0102.htm
Katalog Produk & Harga

Posted in TUMBUHAN | 89 Comments »

Larangan Meniup Makanan dan Minuman

Posted by ronysetyo on July 24, 2007

Assalamu’alaikum

Seringkali kita melihat, seorang Ibu ketika menyuapi anaknya makanan yang masih panas, dia meniup makanannya lalu disuapkan ke anaknya.
Bukan cuma itu, bahkan orang dewasa pun ketika minum teh atau kopi panas, sering kita lihat, dia meniup minuman panas itu lalu meminumnya.
Benarkan cara demikian ?

Cara demikian tidaklah dibenarkan dalam Islam, kita dilarang meniup makanan atau minuman.

Sebagaimana dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya”. (HR. At Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Awalnya saya tidak mengetahui hikmahnya, bagi saya pribadi, ketika datang hadits pada saya mengenai suatu hal, maka semampunya coba saya lakukan, walaupun saya belum tahu hikmahnya, dan sebenarnya memang tidak harus tahu.

Begitu juga ketika saya pertama kali mendengar hadits ini, saya hanya berusaha mengamalkan saja, bahwa kita dilarang meniup makanan atau minuman, itu juga yang saya lakukan kepada anak saya.

Dan alhamdulillah ketika tadi coba browse ke internet, ternyata dari salah satu milis kimia di Indonesia, ada yang menjelaskan secara teori bahwa:
apabila kita hembus napas pada minuman, kita akan mengeluarkan CO2 yaitu carbon dioxide, yang apabila bercampur dgn air H20, akan menjadi H2CO3, yaitu sama dengan cuka,menyebabkan minuman itu menjadi acidic,dan saya ingat juga bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh kita ketika minum seteguk demi seteguk, jangan langsung satu gelas sambil bernapas di dalam gelas, hal ini juga dilarang, ternyata saya baru tahu sekarang hikmahnya, bahwa ketika kita minum langsung banyak, maka ada kemungkinan kita akan bernapas di dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi kimia seperti di atas.

Ulasan yang saya sampaikan, mungkin bukan hikmah keseluruhan, karena Ilmu Allah tentu lebih luas dari ilmu manusia, bisa jadi itu adalah salah satu hikmah dari puluhan hikmah lainnya yang belum terungkap oleh manusia.

Kewajiban kita hanyalah mendengar dan menta’atiNya.

Perkara hikmah apa yang ada dalam larangan itu, urusan belakangan.
Yang penting kita sudah mencoba mentaatiNya.

Wallahu A’lam

Catt:
Dikutip ulang dari tulisan yang kami kirim di milis muslim kantor kami (14/6/2006) dan milis muslim perumahan kami (11/7/2007)

Rony Setyo Hariyono

Katalog Produk & Harga

Posted in SEHAT DENGAN SUNNAH | 5 Comments »

Manfaat Air Zam-Zam

Posted by ronysetyo on July 20, 2007

Dari Abu Dzar radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam
bersabda,

“Air zam-zam itu penuh berkah. Ia makanan yang mengeyangkan (dan obat bagi
penyakit)” (HR. Muslim IV/1922, yang terdapat di dalam kurung adalah menurut
riwayat al Bazzar, al Baihaqi dan ath Thabari dan sanadnya shahih, lihat
Majma’uz Zawaa-id III/286)

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menceritakan pengalamannya berkaitan dengan
cara menyembuhkan penyakitnya dengan air zam-zam yang dikombinasikan dengan
metode ruqyah dari al Qur’an ini,

Pada suatu ketika aku pernah jatuh sakit, tetapi aku tidak menemukan seorang
dokter atau obat penyembuh. Lalu aku berusaha mengobati dan menyembuhkan
diriku dengan surat al Fatihah, maka aku melihat pengaruh yang sangat
menakjubkan.

Aku ambil segelas air zamzam dan membacakan padanya surat al Faatihah
berkali-kali, lalu aku meminumnya hingga aku mendapatkan kesembuhan.
Selanjutnya aku bersandar dengan cara tersebut dalam mengobati berbagai
penyakit dan aku merasakan manfaat yang sangat besar.

Kemudian aku beritahu kepada orang banyak yang mengeluhkan suatu penyakit dan
banyak dari mereka yang sembuh dengan cepat” (Zaadul Ma’aad IV/178 dan al
Jawaabul Kaafi hal. 23)
Katalog Produk & Harga

Posted in ZAM-ZAM | 20 Comments »